Senin sampai Jumat, bekerja. Mereka dengan sistem enam hari
bekerja sampai Sabtu. Bagi sebagian (besar) orang, bekerja untuk hidup. Jenuh? Tentu
saja. Sesuatu yang berulang kita namakan rutinitas, monoton. Kalaulah benar bekerja untuk hidup,
saya coba tanya pada salah satu saudara yang bekerja sebagai buruh. Jawaban
sama, jenuh. Jenuh tak apa, hadapi saja. Yang ditakutkan adalah tak
dimanusiakan.
Obrolan kami tentang hidup dia sebagai buruh. Pagi-Siang-Malam, bekerja tergantung shift (giliran). Mesin berdesing, tujuh jam bekerja, setengah jam istirahat. Syukur, manusia masih diperlakukan lebih baik daripada mesin. Mesin bekerja 24 jam, tanpa henti. Mesin tentu tak mengeluh, mesin cuma ngadat atau rusak.
Sementara itu dia berpeluh. Berpeluh tak mesti mengeluh, kata dia. Syukur, masih ada optimisme di wajah dia. Tapi kalaupun manusia mengeluh, kata orang itu manusiawi. Manusia 'ngadat', kata orang ada demonstrasi. Turun ke jalan menyuarakan harapan.
Selamat hari buruh.
Semoga kita tetap membumi.
30 April 2011
Komentar
Posting Komentar