Sebenarnya, hidup yang diharapkan semua orang adalah hidup yang pas-pasan. Saat butuh rumah, ada uang pas untuk membelinya. Ketika perlu mobil, pas rejeki berlebih datang menghampiri. Harapan pas kena dengan keadaan. Keinginan pas menjadi kenyataan. Tapi, bisa juga saat usaha mulai lancar atau dapat gaji tambahan kemudian jatuh sakit. Pas juga. Dari sudut pandang berbeda, "Coba kalau sakitnya pas tidak ada uang?"
Dari ranah religi kita ketahui ada takdir, ketetapan Tuhan. Jodoh, rejeki, dan hidup-mati ada di tangan Tuhan. Rejeki yang kita terima sudah ditetapkan. "Rejeki tak pernah tertukar," kata orang bijak. Artinya kadar rejeki seseorang sudah pas ditentukan. Namun, mereka yang fatalis yang sepenuhnya hanya percaya bahwa ketetapan itu tak bersyarat, tidak ingin bersusah payah mendapatinya. Jangan jadi fatalis. Ada penjelasan lebih lanjut mengenai ketetapan Tuhan. Tetap saja rejeki yang ditetapkan tersebut berbanding lurus dengan usaha. Oh iya, rejeki tidak mesti terkait materi, kan?
Orang yang penghasilannya tidak berlebih, kesehatannya terjaga. Kalaupun sakit paling-paling kena masuk angin. Dikerok pake koin 100 Rupiah pasti sembuh. Itu dulu, ding. Sekarang karena inflasi dikerok mesti pakai koin 500 Rupiah. Sedangkan orang yang kaya, ternyata saat jatuh sakit tidak mempan 'dikerok' pakai uang 100 ribu sekalipun. Tapi, ada juga yang ternyata hidup kekurangan dan dia sakit parah yang sulit disembuhkan. Itu ketetapan yang tak sepenuhnya kita mengerti. Pas di mata manusia, belum tentu pas di hadapan Tuhan.
Semua sudah pas adanya. Dulu ketika sekolah/kuliah, dapat kiriman uang atau uang saku dari Orangtua pasti pas untuk sebulan. Seiring waktu saat sudah bekerja dengan uang (penghasilan) yang lebih besar, ternyata 'pas' juga. Atau, lebih tepat dipas-paskan. Lantas sekian lama bekerja, tetap saja penghasilan kita pas. Ternyata, seiring waktu kebutuhan berturut tumbuh, keinginan beriring tambah. Yang repot jika keinginan tidak pas seimbang dengan finansial, bisa defisit. Solusinya adalah mensyukuri hidup.
Mensyukuri hidup adalah nama lain dari menikmati hidup. Menikmati hidup adalah meresapi detil kehidupan. Ternyata sinar matahari bisa menghangatkan, udara pagi menyegarkan, rintik hujan ritmis terdengar, tidur ditemani orkestra jangkrik malam hari, dan langit mendung meneduhkan. Kata Einstein, "Tuhan tidak bermain dadu dalam menciptakan alam semesta." Mensyukuri hidup adalah meyakini bahwa slogan SPBU milik perusahaan plat merah adalah benar adanya, "Pasti Pas". Dan, akhir bulan pastilah "Dimulai dari nol, ya."
Samarinda, 3-4 Desember 2014
Dari ranah religi kita ketahui ada takdir, ketetapan Tuhan. Jodoh, rejeki, dan hidup-mati ada di tangan Tuhan. Rejeki yang kita terima sudah ditetapkan. "Rejeki tak pernah tertukar," kata orang bijak. Artinya kadar rejeki seseorang sudah pas ditentukan. Namun, mereka yang fatalis yang sepenuhnya hanya percaya bahwa ketetapan itu tak bersyarat, tidak ingin bersusah payah mendapatinya. Jangan jadi fatalis. Ada penjelasan lebih lanjut mengenai ketetapan Tuhan. Tetap saja rejeki yang ditetapkan tersebut berbanding lurus dengan usaha. Oh iya, rejeki tidak mesti terkait materi, kan?
Orang yang penghasilannya tidak berlebih, kesehatannya terjaga. Kalaupun sakit paling-paling kena masuk angin. Dikerok pake koin 100 Rupiah pasti sembuh. Itu dulu, ding. Sekarang karena inflasi dikerok mesti pakai koin 500 Rupiah. Sedangkan orang yang kaya, ternyata saat jatuh sakit tidak mempan 'dikerok' pakai uang 100 ribu sekalipun. Tapi, ada juga yang ternyata hidup kekurangan dan dia sakit parah yang sulit disembuhkan. Itu ketetapan yang tak sepenuhnya kita mengerti. Pas di mata manusia, belum tentu pas di hadapan Tuhan.
Semua sudah pas adanya. Dulu ketika sekolah/kuliah, dapat kiriman uang atau uang saku dari Orangtua pasti pas untuk sebulan. Seiring waktu saat sudah bekerja dengan uang (penghasilan) yang lebih besar, ternyata 'pas' juga. Atau, lebih tepat dipas-paskan. Lantas sekian lama bekerja, tetap saja penghasilan kita pas. Ternyata, seiring waktu kebutuhan berturut tumbuh, keinginan beriring tambah. Yang repot jika keinginan tidak pas seimbang dengan finansial, bisa defisit. Solusinya adalah mensyukuri hidup.
Mensyukuri hidup adalah nama lain dari menikmati hidup. Menikmati hidup adalah meresapi detil kehidupan. Ternyata sinar matahari bisa menghangatkan, udara pagi menyegarkan, rintik hujan ritmis terdengar, tidur ditemani orkestra jangkrik malam hari, dan langit mendung meneduhkan. Kata Einstein, "Tuhan tidak bermain dadu dalam menciptakan alam semesta." Mensyukuri hidup adalah meyakini bahwa slogan SPBU milik perusahaan plat merah adalah benar adanya, "Pasti Pas". Dan, akhir bulan pastilah "Dimulai dari nol, ya."
Samarinda, 3-4 Desember 2014
Komentar
Posting Komentar