Kau harus mendapat tempat duduk yang pas untuk bisa nyaman. Di pinggir dekat jendela kau bisa melihat pemandangan indah di luar. Hijau pepohonan, kuning padi, atau deretan bangunan berkilas seperti film terlihat dari jendela kereta atau bis. Awan menggumpal, langit biru atau kerlip lampu saat malam di darat tampak dari jendela pesawat. Laut bergelombang, garis cakrawala, atau ikan lumba-lumba berenang berkejaran ada di pandangan mata dari kapal laut. Tapi tempat duduk yang nyaman bukan sebatas soal posisi. Kata orang bijak kau harus mendapati orang yang tepat untuk perjalananmu.
Saat berpergian jauh sendirian para cowok jomblo berharap yang di sebelah adalah cewek cantik. Perjalanan jauh dan memakan waktu lama bisa tidak terasa jika diisi dengan obrolan. Tonton saja film Before Sunset. Jika tak pernah menonton film tersebut, maka cukup tonton film AADC 2 yang konon terinspirasi (atau mengambil konsep) dari film Before Sunset. Bagi cowok jomblo, mendapat teman perjalanan di sebelah yang cantik, cerdas dan nyaman diajak ngobrol adalah anugerah. Selanjutnya berharap jadi jodoh. Seringkali perjalanan singkatmu bisa menentukan perjalanan panjangmu, itu konsep (ber)jodoh.
Apes jika yang di sebelahmu tertidur lelap dan bahkan mendengkur. Atau dia mengenakan headset besar yang mencolok seolah berkata, "Saya sedang tak ingin diganggu suaramu, lebih baik dengerin musik". Tidak terbatas cewek cantik sebenarnya, bisa juga orang tua jadi teman mengobrol yang mengasyikkan dengan berbagi kisah hidup atau pengalaman dia. Bagi yang sudah menikah tiap perjalanan bersama bisa saling mendekatkan dengan saling menjaga. Perjalanan panjang terentang dari petualangan sampai dengan kepulangan.
Kini harga tiket pesawat semakin terjangkau. Lintas pulau, lintas negara bahkan lintas benua. Perjalanan panjang jadi salah satu cara aktualisasi diri. Manusia meretas batas dengan melintas ruang. Banyak orang didewasakan oleh perjalanannya, yang mendapati saripati dari jarak dan gerak. Entah itu tersebut traveler (pengelana), adventurer (petualang), explorer (penjelajah), atau bahkan sekadar perantau yang kembali ke rumah tiap akhir pekan atau bulan, ada perjalanan yang berarti. Kalaupun tidak mendapati teman mengobrol, pastilah ada renungan. Renungan tentang diri sendiri atau banyak hal. "Travelling – it leaves you speechles, then turns you into a storyteller," kata Ibnu Battuta.
Kereta Solo-Jakarta, 23 Juli 2016
Komentar
Posting Komentar