Langsung ke konten utama

aLamaKna: Gelar

Suatu hari, kantor tempat saya bekerja mendapat surat dari salah satu instansi pemerintah. Yang bertandatangan di surat adalah kepala kantornya dengan mencantumkan gelar yang cukup panjang. 

"Kok, di instansi ini tanda tangan tuk suratnya nyantumin gelarnya ya, Pak? Di kita kan tidak", kata saya sambil nunjuk kop surat tersebut. "Mungkin emang gitu peraturan persuratannya", kata Kepala Seksi HI.

Gelarnya panjang, meski sederet halaman kertas masih cukup. Ribet juga kalau namanya lebih panjang, gelarnya panjang juga. Bakal penuh sederet halaman kertas surat di pojok kanan bawah.

Coba bayangkan kalau ada nama, Badrun Bakhil Bahlul Barani Barantam dengan gelar, Profesor (Prof.), Doktor (Dr.), Raden (R.), Sarjana Hukum (S.H.), Sarjana Humaniora (S.Hum.), Master of Science (M.Sc.), dan Master of Economic Development (M.Ec.Dev).

Kenyataannya ada orang yg bergelar panjang seperti itu. Oh iya, itu belum yang bersangkutan menunaikan ibadah haji ke Makkah. Jika sudah, tambah satu gelar, Haji (H.).

Omong-omong tentang pencantuman gelar Haji, ada pada kebiasaan Melayu dulu, dan hingga kini.
Di Indonesia juga, karena kita (se)rumpun Melayu.

Dulu ada temen SMA bernama Hasan Shadilly, sering menuliskan nama depan dia dengan singkatan ‘H’. Saat ditanya alasannya, "Biar dikira Haji", jawab dia sambil tersenyum simpul.



19 April 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

aLamaKna: Peran

Karl Heinrich Marx adalah sang sosialis, tepatnya pengkritik kapitalisme. Dari sosialisme berlanjut dengan modifikasinya jadi komunisme, stalinisme, maoisme, dan bahkan marhaenisme. Karl Marx identik sebagai seorang filsuf, penggagas sosialisme. Padahal dia juga ekonom, sejarawan, bahkan jurnalis disamping sosiolog yang punya teori tentang kejahatan/kriminal. Yang menjadikan seseorang sejarawan adalah keahlian atau cukup adanya minat lebih dia terhadap (ilmu) sejarah. Senada dengan definisi sosiolog, sederhananya ganti saja kata sejarah pada pengertian tadi dengan kata sosial. Seiring waktu, kita kini mengenal, atau bisa jadi dikenalkan, secara sederhana Karl Marx sebagai filsuf saja. Hanya jika kita membaca biografinya di wikipedia atau tulisan sejarah, kita akan mendapat info dia lebih dari sekadar filsuf. Hal tersebut seperti kita mengenal Benjamin Franklin sebagai Presiden AS. Padahal Franklin adalah ilmuwan sekaligus penulis juga penemu bahkan negarawan serta diplomat. Kata

aLamaKna: Perjalanan

Kau harus mendapat tempat duduk yang pas untuk bisa nyaman. Di pinggir dekat jendela kau bisa melihat pemandangan indah di luar. Hijau pepohonan, kuning padi, atau deretan bangunan berkilas seperti film terlihat dari jendela kereta atau bis. Awan menggumpal, langit biru atau kerlip lampu saat malam di darat tampak dari jendela pesawat. Laut bergelombang, garis cakrawala, atau ikan lumba-lumba berenang berkejaran ada di pandangan mata dari kapal laut. Tapi tempat duduk yang nyaman bukan sebatas soal posisi. Kata orang bijak kau harus mendapati orang yang tepat untuk perjalananmu.   Saat berpergian jauh sendirian para cowok jomblo berharap yang di sebelah adalah cewek cantik. Perjalanan jauh dan memakan waktu lama bisa tidak terasa jika diisi dengan obrolan. Tonton saja film Before Sunset. Jika tak pernah menonton film tersebut, maka cukup tonton film AADC 2 yang konon terinspirasi (atau mengambil konsep) dari film Before Sunset. Bagi cowok jomblo, mendapat teman perjalanan di seb

aLamaKna: Sepakbola

Yang Spesial, Mourinho, berseteru lagi. Kata 'lagi' cukup menjelaskan bahwa ini bukan yang pertama. Sejak menjejakkan diri di ranah Inggris dengan menangani Chelsea dia sudah menunjukkan kemampuan strategis di dalam dan, tentu saja, di luar lapangan. Kali ini dia mengawali dengan sindiran "badut" melalui media. Itu jelas pancingan, kepada Klopp dan Conte. Bukan Mou kalau tidak cari rusuh dan musuh. Yang merespon cuma dan hanya Conte. Mou, panggilan Mourinho, dikenal pelatih/manajer cum 'psikolog hebat'. Kemampuan perang urat saraf tak diragukan, emosi musuh campur aduk. Taktis dan dinamis bertolak belakang dengan pilihan strategi permainannya. Dia bisa diam cuek lantas tiba-tiba berkomentar tajam, kepada pelatih lawan bahkan ke pemain sendiri. Conte masuk perangkap. Jelas Mou sudah menyiapkan jawaban-jawaban atas (apapun) respon Conte. Dia sudah menghapal skrip yang dia susun. Di akhir-akhir Conte mati kutu, dengan kepala mendidih, cuma bisa bilang "s