Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

aLamaKna: Pas

Sebenarnya, hidup yang diharapkan semua orang adalah hidup yang pas-pasan. Saat butuh rumah, ada uang pas untuk membelinya. Ketika perlu mobil, pas rejeki berlebih datang menghampiri. Harapan pas kena dengan keadaan. Keinginan pas menjadi kenyataan. Tapi, bisa juga saat usaha mulai lancar atau dapat gaji tambahan kemudian jatuh sakit. Pas juga. Dari sudut pandang berbeda, "Coba kalau sakitnya pas tidak ada uang?" Dari ranah religi kita ketahui ada takdir, ketetapan Tuhan. Jodoh, rejeki, dan hidup-mati ada di tangan Tuhan. Rejeki yang kita terima sudah ditetapkan. "Rejeki tak pernah tertukar," kata orang bijak. Artinya kadar rejeki seseorang sudah pas ditentukan. Namun, mereka yang fatalis yang sepenuhnya hanya percaya bahwa ketetapan itu tak bersyarat, tidak ingin bersusah payah mendapatinya. Jangan jadi fatalis. Ada penjelasan lebih lanjut mengenai ketetapan Tuhan. Tetap saja rejeki yang ditetapkan tersebut berbanding lurus dengan usaha. Oh iya, rejeki tidak mesti

aLamaKna: Serius

Kalau ada temanmu bilang, "Mungkin kamu perlu piknik," berarti kamu sudah terlalu serius dan kurang tertawa bahkan tersenyum. Terlalu serius dengan kening berkerut. Kurang tawa menjadikan wajah kaku. Paling jamak terlalu serius karena rutinitas kerja. "Sensi, gak bisa diajak becanda, nih," kata anak muda jaman sekarang. Ada momen tiap orang mengalami hal tersebut dimana syaraf menegang dan wajah 'ditekuk', bahkan menuliskan status di medsos pun serius. Bagian wajah ditekuk (secara literal) jadi bahan kelucuan jika dilakukan oleh Jim Carrey, sedangkan wajah kita 'ditekuk' berarti suram. Sebenarnya tidak mesti harus piknik ke tempat jauh untuk mengendurkan ketegangan, ada banyak cara lain. Menonton televisi, bermain games di ponsel, cuci mata di mal atau pergi menonton film di bioskop adalah beberapa cara lain tersebut. Tapi, menonton berita politik di tivi, memainkan games misi yang lama, cuci mata yang berlanjut belanja dan menyaksikan film horor ada

aLamaKna: Klise

Tiap ada kenaikan BBM pasti ada yang mengguyonkan "BBM naik tidak masalah, masih ada Whatsapp dan Line" dan guyonan sejenisnya. Orang Perancis menyebut hal tersebut sebagai cliché. Lidah kita menyebutnya klise, gagasan yang terlalu sering dipakai. Pada akhirnya hal tersebut menjadi hal yang sangat sangat biasa. Biasa karena berulang-ulang diceritakan, dituliskan di facebook, di-retweet di twitter dan di-sharing di medsos lain. Gampangnya, sudah kehilangan daya lucu dari yang semula lucu. Tiap ada kenaikan BBM pasti ada pro dan kontra. Masing-masing kubu memunculkan argumen dan pembelaan, yang disayangkan jika tanpa data dan dilatarbelakangi sentimen suka-tidak-suka kepada sang pengambil keputusan. Dalam ranah politik, yang pro dan yang kontra mudah beralih, tergantung arah angin kekuasaan. Sedangkan masyarakat secara umum memprotes keputusan penaikkan bahkan beberapa berdemonstrasi. Namun, fenomena yang terjadi pada selanjutnya jadi hal yang klise. Berapapun harga bensin, kot

aLamaKna: Senam

Sinar matahari pagi sebelum jam 9 memang menyehatkan, mengandung vitamin D. Sebenarnya kurang tepat jika disebut sinar matahari mengandung vitamin D, lebih tepat bahwa kulit manusia akan mensintesa vitamin D jika terpapar sinar UV B matahari. Udara pagi menyegarkan, belum banyak kendaraan bermotor menyebarkan polusi asap. Jalanan agak lengang berbeda dengan hari biasa. Beberapa sepeda lalu lalang. Ada juga yang berjalan santai dan berlari di menyusuri trotoar dan bahu jalan di sepanjang perjalanan.Car-free day, hari tanpa kendaraan bermotor pada minggu pagi di beberapa titik lokasi. Salah satunya jalan depan stadion. Car-free day, senam, sepeda adalah beberapa kekhasan minggu pagi. Terutama car-free day dan bersepeda, yang merupakan counter-attack dari jumlah kendaraan bermotor, menyebar sebagai kegiatan utama di seluruh kota-kota di Indonesia. Entah kota mana yang memulai. Pemerintah daerah jadi fasilitator, mengadakan kegiatan tersebut demi masyarakat. Aglomerasi, banyak orang berker

aLamaKna: Sisi

"I love it when people ask me to take photos of them." Barangkali kalimat tersebut terdengar biasa saja jika diucapkan oleh saya. Tapi, jika pernyataan tersebut dilontarkan oleh seorang miliarder muda pemilik jejaring sosial Facebook maka lain cerita. Terdengar aneh, terkesan menggelitik sekaligus naif. Kebanyakan orang punya kesan biasa saja jika dimintai bantuan memfoto oleh orang lain. Mark Zuckerberg, seseorang yang tidak pernah dapat gelar sarjana karena drop-out dari universitasnya, mengucapkannya saat berkunjung ke Indonesia, salah satu negara dengan pengguna Facebook terbesar di dunia. Jumlah 69 juta akun FB sumbangan penduduk Indonesia mungkin sebagian besar penggunanya tak pernah tahu siapa pengembang Facebok. Kalaupun sebagian mengetahui sosok dan wajahnya dari internet mungkin tak akan familiar jika berpapasan langsung. Andaikan melihat langsung dan mengenalinya pasti akan terkaget bahwa seorang Mark jadi turis biasa yang melancong ke Borobudur. Dia jadi pelancong

aLamaKna: Presiden

Pembahasan tentang pemimpin negeri ini (kembali) ramai dibicarakan saat ini. Riuh rendah pemilihan Presiden sudah kita lalui dan kita ketahui hasilnya. Bahkan sebelum hari H pemilihan, keramaian siapa calon pemimpin negeri ini sudah heboh menjadi viral di dunia maya. Menjelang hari H pencoblosan perang urat syaraf, argumen, cuap antar pendukung lebih panas daripada konflik Mourinho dan Wenger maupun pendukung Real Madrid dan Barcelona. Dan kini, pelantikan telah mengesahkan siapa pemimpin negeri ini. Satu kata penuh hal, Presiden. Kata tersebut disebut berulang kali dalam obrolan di tempat kerja bahkan media sosial. Kata yang jadi tema renyah untuk jadi guyonan di Stand-Up Comedy. Saya jadi ingat pelajaran Biologi saat mendengar kata tersebut, barangkali Presiden sejenis dengan spesies, banyak macamnya. Faktanya ada presiden negara, presiden partai, presiden direktur sampai dengan presiden mahasiswa. Lantas apa yang membedakan di antara semuanya? Bisa dijawab dengan hal lingkup kekuasa

aLamaKna: Cuaca

Selain kultur minum teh, orang Inggris terkenal gemar membicarakan kondisi cuaca dengan ungkapan pernyataan maupun pertanyaan. Ada banyak ungkapan tentang cuaca dalam bahasa Inggris. Orang Eropa pada umumnya juga begitu peduli pada cuaca dan menjadikannya sebagai obrolan ringan (small talk). Seringkali mereka mengungkapkan tentang cuaca untuk mengawali obrolan dalam percakapan sehari-hari, setelah itu percakapan bisa mengalir tentang apapun dan lebih lancar. Kita pun demikian, meski tidak sesering mereka. Bagi mereka cuaca juga menjadi bahan obrolan dalam hal memulai pembicaraan dengan orang belum dikenal untuk coba mengakrabkan diri. Basa basi perlu, dan hari yang cerah adalah momentun obrolan santai yang diawali pertanyaan, "Apa kabarmu di hari yang cerah ini?" "What a nice day!", kata orang Inggris di hari yang cerah. "What a day!", seru mereka saat hujan sepanjang hari. Semua orang pastilah paham dan merasakan cuaca hari ini, tapi tak setiap orang paha

aLamaKna: Henti

Kualitas kemacetan suatu kota bisa dinilai dari lama detik lampu lalu lintas di persimpangan. Jakarta punya, salah satunya, persimpangan Pasar Senen yang diatur lampu lalu lintas (lalin) dengan nyala lampu merah sangat lama. Bukan hitungan detik lagi tapi menit. Biasa macet parah di Pasar Senen di senin pagi, awal kesibukan warga ibukota. Berhenti tertahan lebih dari dua menit 'hanya' karena lampu merah. Efektif dua-tiga menit saja jika kita berada di pole position (garis terdepan) dekat lampu lalin. Pengguna motor lebih lincah meliuk-liuk di antara sela mobil untuk dapat pole position. Lampu hijau menyala seumpama balap Moto GP dimulai. Yang terdepan adalah para pengguna motor yang semula berderet terhenti lantas langsung memacu motor masing-masing. Sementara mobil terhenti lebih lama daripada waktu lampu merah menyala karena banyaknya kendaraan dan mesti merambat. Lampu lalu lintas punya arti tersendiri terhadap jalan dan pengguna kendaraan. Lampu merah artinya, "Yah, be

aLamaKna: Kenapa

Sang Profesor berkata, "Saya yakin generasi masa kini mempunyai karakteristik yang terbiasa dengan pertanyaan, 'kenapa?'" Lama malang melintang sebagai manajer sepakbola, Arsene Wenger, yang mendapat julukan Sang Profesor, mengucapkan pernyataan itu dengan lugas. Pengalaman dan pengamatan dia membawa ke kesimpulan, "Kamu harus menjelaskan segalanya kepada para pemain, mereka lebih banyak mendapatkan informasi dari sana-sini, lebih terpelajar, dan punya keingintahuan yang lebih tinggi." 'Kenapa' adalah salah satu elemen 5W+1H dalam menulis. 5W+1H terdiri dari What, Who, When, Where, Why dan How adalah dasar penulisan. Penting bagi wartawan dalam menulis berita. Sebenarnya tak cuma monopoli wartawan, 5W+1H juga penting bagi semua jenis penulis, karena memang dicetuskan pertama kali sebagai rumusan oleh penulis Inggris, Rudyard Kipling. Bahkan rumusan itu penting bagi detektif dalam menganalisa atau menginvestigasi. Dari pertanyaan 'kenapa' yang

aLamaKna: Angka

Kini, terkadang kita merindukan masa kecil. Jadi orang-dewasa tidak menyenangkan, kata Antoine de Saint-Exupéry penulis buku Pangeran Kecil. Sebab orang-dewasa selalu dipenuhi dengan angka. "Orang-dewasa menyukai angka-angka", kata sang Pangeran Kecil. Kebahagian didapati dengan mobil mewah atau gadget baru nan mahal. Kesedihan selaras dengan deretan angka di buku rekening. Akhir bulan masa rekening menipis masa mengencangkan ikat pinggang. Kenaikan gaji berarti kenaikan jatah belanja atau jajan. Tinggi diukur dengan angka, atau lebih tepatnya dijelaskan dengan meteran. Padahal saat kecil kita cukup menyebut, "Orang itu tinggi sekali" sambil menggerakkan tangan, untuk menjelaskan orang itu memang tinggi. Sederhana. "Rumah itu bagus", kata anak kecil. "Bagus berapa harganya, ya?", tanya orang dewasa. Berat badan dan lingkar perut bagi orang dewasa jadi deretan angka untuk diperhatikan. Bagi sebagian orang malah jadi obsesi. Berat badan ideal berap

aLamaKna: Pagi

Udara pagi mengisi rongga paru-paru. Pagi hari, saat kendaraan bermotor belum padat lalu-lalang di jalanan, menyediakan oksigen yang lebih segar tinimbang siang atau sore. Terlebih di bawah rindang pepohonan. Tiap tarikan nafas terasa ringan. Menikmati pagi pas sembari minum segelas kopi atau teh hangat bersama keluarga atau teman. Cocok pula untuk bergerak atau olahraga santai.   Bergerak di pagi hari yang cerah, banyak orang ikut kegiatan senam pagi di lapangan atau alun-alun. Banyak pula yang bersepeda. Atau, jalan kaki saja sudah cukup, tak perlu kepayahan lari untuk menyehatkan badan. Cari saja lintasan (track) yang menanjak, meski cuma jalan kaki tetap saja capek, sama seperti lari-lari santai di lintasan datar. Berjalan juga mengolah raga, makanya ada cabang olahraga jalan-cepat. Ngomong-ngomong perihal jalan-cepat dikategorikan sebagai olahraga sebenarnya masih masuk akal, yang masih jadi pertanyaan, kenapa catur termasuk cabang olahraga di beberapa even? Harusnya olah-pikir

aLamaKna: Komentar

Semalam ada acara Rising Star. Tipikal acara pemilihan bintang televisi, kontestan menampilkan bakatnya di panggung dan dinilai. Penilaian dilakukan oleh experts atau para ahli dan penonton. Experts (yang di acara sejenis berbeda penyebutan) mengomentari penampilan kontestan secara teknis. Masyarakat luas yang menonton bisa berbeda pendapat atau seiya dengan mereka.   Media massa, tak sebatas televisi, dan media sosial (medsos) dalam jaring internet menyediakan banyak panggung atau layar bagi kita. Sebagian (besar) dari kita tertarik melihatnya, sebagian lain tidak. Sebagian menjadikannya sebagai bahan obrolan, sebagian lain tidak. Yang punya pulsa berlebih bisa kirim dukungan via sms, atau vote melalui aplikasi ponsel. Atau, cukup menulis komentar penilaian di media sosial semacam facebook, twitter, path, dll.   Di ajang pemilihan bintang para juri relatif lebih aktif menilai, di media sosial masyarakat luas yang aktif menilai. Panggung kontes pemilihan bintang riil adanya dan y

aLamaKna: Mata

Setelah sekian tahun berjalan, seorang fotografer masih penasaran dengan sosok yang pernah dia foto pada tahun 1984 di suatu negeri. Foto sederhana yang ‘hanya’ menampakkan wajah seorang wanita dengan tatapan mata warna hijau nan tajam. Namun, begitu kuat menggambarkan siapa dia sebenarnya atau perasaannya. Foto yang menjadi fenomena dan terkenal di seluruh dunia. Rasa penasaran sang fotografer mengantarkan dia kembali ke ranah jauh dari rumahnya untuk mencari siapa sosok yang jadi subjek kameranya. Hingga kemudian dia terus menjelajah dan melacak wanita tersebut. Akhirnya dia berhasil menemukan wujud wanita tersebut setelah pencarian bertahun-tahun. Tahun 2002 adalah momentum saat sang wanita dan sang fotografer bisa saling menatap kembali. Wanita tersebut bernama Sharbat Gula dan sang fotografer yang mendapat penghargaan First-Place Prizes di World Press Photo tersebut tak lain adalah Steve McCurry. Kepastian bahwa sosok di foto adalah wanita yang dia temui saat itu diperoleh dari p

aLamaKna: Kota

Di suatu kota di Indonesia, kehidupan berjalan sangat cepat. Rutinitas kegiatan masyarakatnya, yg didominasi dgn bekerja mencari uang, menciptakan kehidupan yg penuh tekanan. Kota di Indonesia secara fisik berbeda dgn di Eropa. Di sini kota terbentuk oleh campur tangan penjajah dulu yg membangun atas dasar pendudukan. Sementara di Eropa, kota berkembang atas dasar peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengolah sumber daya. Di sini urbanisasi dan ketimpangan sosial mendominasi sebuah kota. Maka, jadilah kota yg penuh kebingungan, meski terus saja dinikmati masyarakatnya. Sekarang yg terpenting bagi warga kota adalah bukan hal kebingungan tersebut tapi bagaimana menjalani hidup. Mirip seperti orang tenggelam yg tak bisa berrenang, dia terus bergerak berkecipak di air untuk sampai ke permukaan daripada harus tenggelam. Sampai akhirnya dia bisa berrenang meski dgn gaya serampangan.   Di suatu kota di Indonesia, kehidupan berjalan tidaklah apa adanya. Tren dan mesin menguasai. Pembangun

aLamaKna: Masak

Bukan karena   wolak walike   jaman (dunia terbalik) jika sekarang kita bisa dapati orang memasak dengan latar belakang air terjun atau sawah. Memasak di alam bukan berarti berburu dan meramu, semua bumbu tersedia di mangkuk kecil yang entah datang dari mana. Mengulek bumbu memakai blender biar cepat. Kalaupun pakai ulekan, rasanya sang koki tak perlu sekuat tenaga fokus pada teknik mengulek, tapi pada gestur biar tetap terlihat kenes. Kini acara masak-memasak jadi tren, sementara sang koki jadi selebriti. Di dunia pertelevisian, keberhasilan suatu acara adalah bagaimana pemirsa bisa tertarik pada banyak dan tiap aspek yang diset dan ditonjolkan dengan merk. Atau, kalaupun tanpa merk, biarkan pemirsa bergumam itu mahal dan berkelas. Acara masak berarti seputar masakan, jenis/cara penyajian, peralatan masak, dan tentu saja sang koki yang (pada akhirnya) jadi subjek utama kamera dengan segala atribut yang dikenakan. Menonton acara memasak kini memang lebih memberi kesan tersendi

aLamaKna: Sampul

Pemilihan DKI-1 sudah lewat. Jadi sorotan se-Indonesia. Yang terpilih kita sudah sama-sama tahu sosoknya. Ada anggapan bahwa dia tak punya tampang untuk jadi seorang Gubernur Provinsi, terlebih untuk wilayah sekelas Ibukota negara yang jadi etalase negara. Lah, koki Juna juga sebenarnya tak punya tampang untuk jadi tukang-masak, malah menurut saya lebih pantas jadi tukang-pukul. Tapi, nyatanya dia jadi terkenal sebagai koki-selebriti. Meski beda konteks, dari dua hal tersebut kita jadi diyakinkan, "Don't judge the book by its cover", jangan menilai buku dari sampulnya.   Buku yang punya isi sekalipun tak pernah menelanjangi dirinya tanpa sampul. Tentu saja sampul itu penting. Terlebih jika kita pergi ke toko buku. Berniat beli buku dari sekian banyak buku, penasaran isi salah satu buku yang kita anggap menarik, tapi tak diperkenankan buka bungkus plastiknya. Yang bisa terlihat cuma sampulnya. Kalau cukup berani, sih, bisa saja sobek bagian bawah bungkus plastik dengan

aLamaKna: Komunikasi

Dulu ada kuis dengan aturan permainan sederhana yaitu menyampaikan satu kata tersembunyi dengan petunjuk kata-kata dari masing-masing peserta. Orang pertama tahu satu kata tersembunyi. Kata tersebut harus ditebak orang kedua berdasar kata-petunjuk dari orang pertama. Jika berhasil ditebak, maka berlanjut ke yang berikutnya sampai orang kelima. Sederhana saja tapi dengan catatan, petunjuk yang digunakan orang pertama sampai terakhir harus berbeda, tidak mengulang kata dari petunjuk yang sudah disebutkan. Tak dibolehkan ada gerak tubuh/gestur untuk menggambarkan kata yang disembunyikan. Hanya lisan yang harus diberikan secara beruntun. Sinonim, antonim atau kata-petunjuk intrinsik lain. Ternyata sulit, namun cukup menarik. Lebih sering tak sampai peserta keempat sudah gagal karena ada pengulangan kata atau peserta terlalu ekspresif menggerakkan tangan secara spontan. Kuis ini merupakan bentuk komunikasi searah, yang menguji kemampuan berbahasa peserta, berkata-kata atau lebih tepat

aLamaKna: Warteg

Makanan cepat saji di Indonesia jelas berbeda dengan di Amerika Serikat (AS) yang merupakan negara asal. Bukan pada rasa, sebab waralaba (franchise) menekankan pada resep, penyajian dan pelayanan yang standar. Rasa relatif tak jauh beda, meski bagian pemasaran pewaralaba berprinsip, "Harus disesuaikan dengan lidah konsumen lokal". Di Indonesia kita membicarakan makanan cepat saji pada dampak, sementara di negeri Uda Sam (US) mereka melihat sebagai respon terhadap kepraktisan.   Fastfood berkembang di AS sejak abad 19, era industri dimulai. Era ketika waktu dikalkulasi dalam jam kerja, antara 8-10 jam per hari, demi produktivitas dan berimbas pada kecepatan dibutuhkan. Sarapan pagi (breakfast) bagi mereka haruslah praktis sekaligus instan, karena sebatas memutus ( break ) puasa ( fast ) makan selama tidur, fast juga berarti cepat. Sarapan pagi bisa sambil lalu, roti bakar yang disisipkan di mulut yang mengunyah sambil jalan menuju tempat kerja.   Waktu makan siang tepat d

aLamaKna: Biner

Sekarang jaman modern nan canggih, era digitalisasi perangkat, termasuk kamera ikut-ikutan semakin canggih. Bilangan biner (digit) adalah olahan data yang menerjemahkan segala kecanggihan tersebut. Tak perlu paham apa itu biner, yang perlu diketahui adalah kecanggihannya. Canggih berarti rumit. Tapi, tenang saja, yang rumit cukup bagian dalamnya. Penggunaan kamera (dan perangkat lain!) semakin mudah dan memudahkan. Semua elemen kamera dimampatkan semakin kecil dan rapat, demi minimalisasi ukuran namun tak lupa pada fungsi. Penggunaannya sangat praktis hingga buku petunjuk (yang tetap saja dicetak demi   disclaimer ) bisa kita buang. Jaman modern butuh (baca: menuntut) kepraktisan. Petunjuknya silakan lihat dan pelajari langsung di panel dan/atau   learning by doing . Lebih tepatnya, kekinian mengutamakan proses yang cepat, benar-benar kini. Kau jepret, kau langsung lihat hasilnya.   What You See Is What You Get   dari Kodak baru benar-benar bisa diterjemahkan secara konotasi d

aLamaKna: Fenomena

Apa yang menarik dari tontonan kurang dari 10 detik untuk jarak 100 meter? Silakan bagi angka 100 tersebut dengan 10 atau 9. Berapa jumlah kedipan mata saat melihat seorang atlet berlari dalam waktu tak lebih dari 10 detik? Faktanya, rata-rata manusia berkedip 15 kali setiap 4 detik. Jumlah kedipan ini akan meningkat ketika seseorang dalam suasana cemas, gelisah, dan lelah. Namun perlu ditambahkan fakta baru, penonton di stadium atau televisi akan bersedia tak berkedip menyaksikan dengan cermat momen kaki-kaki melesat. Usain Bolt punya cara sendiri untuk menarik perhatian. Kita menyebut dengan ungkapan luar biasa untuk sesuatu yang unik, bukan sekadar biasa terjadi. Ada banyak fakta terjadi, tapi tidak tiap fakta menjadi pembicaraan. Ada banyak kejadian menjadi berita, tapi tidak tiap berita adalah ketakjuban. Kesan terhadap sesuatu hal yang ganjil atau menonjol berbeda dengan kesan kepada hal yang wajar saja atau taraf 'lumayan sih, daripada lu manyun'. Sesuatu yang j

aLamaKna: Putih

Apple adalah fenomena. Saat mendiang Steve Jobs memutuskan agar Apple mencipta perangkat produksinya dengan warna putih, dia berhasil mengidentikkan putih dengan Apple. Dia menyematkan ciri khas. Apple yang putih nan simpel secara tampilan ternyata jadi perhatian bahkan fenomena. Hal itu tak kurang karena personalisasi yang ditawarkan dan inovasi yang menyederhanakan tampilan tapi memaksimalkan fungsi atau penggunaan. Tampilan boleh saja putih, tapi yang ada di dalamnya lebih 'berwarna'.   Dulu, setidaknya dalam periode lama, hitam sangat populer untuk atribut perangkat. Tegas dan jantan, kata kebanyakan orang. Dari perspektif industriawan, Henry Ford pernah berkata, "Setiap pembeli bisa meminta mobil dengan cat warna apapun, selama warna itu adalah   hitam”. Tapi, warna dalam suatu perangkat ternyata relatif. Era Fordian sudah berakhir. Putih, yang jadi kontradiksi hitam, berartikan lebih elegan.   Entah ada kaitan atau tidak dengan Apple, sekarang putih jadi tren. M

aLamaKna: Asing

Di negeri tropis macam Indonesia salju cuma ada di puncak Jayawijaya. Tapi ada, kan? Meskipun sebagian besar orang Indonesia belum pernah merasakan salju langsung atau ke puncak Jayawijaya, kita ternyata punya kata 'salju' untuk menamai benda putih nan dingin itu. Mengherankan. Setidaknya jika ada pertanyaan dari orang Eropa, "Do your country have snow?" Kita bisa jawab, "Oh, salju. Of course".   Orang asing, khususnya orang Eropa, keseringan tidak tahu benar negeri kita. Maka jangan heran kalau ada kesempatan ke luar negeri kita akan ditanyai hal remeh seperti pertanyaan di atas. Maka bilang saja "I live in Bali" yang jadi semacam password (kata kunci) untuk memperkenalkan diri dan menghentikan pertanyaan aneh-aneh tentang negeri Loh Jinawi ini. Kita tidak bisa bilang, "Halo, ke mana aja, you? Masak ga kenal Indonesia". Kerutan di dahi mereka akan menambahi kernyitan.   Bali memang lebih dikenal di dunia internasional dibanding Indo