Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2014

aLamaKna: Sisi

"I love it when people ask me to take photos of them." Barangkali kalimat tersebut terdengar biasa saja jika diucapkan oleh saya. Tapi, jika pernyataan tersebut dilontarkan oleh seorang miliarder muda pemilik jejaring sosial Facebook maka lain cerita. Terdengar aneh, terkesan menggelitik sekaligus naif. Kebanyakan orang punya kesan biasa saja jika dimintai bantuan memfoto oleh orang lain. Mark Zuckerberg, seseorang yang tidak pernah dapat gelar sarjana karena drop-out dari universitasnya, mengucapkannya saat berkunjung ke Indonesia, salah satu negara dengan pengguna Facebook terbesar di dunia. Jumlah 69 juta akun FB sumbangan penduduk Indonesia mungkin sebagian besar penggunanya tak pernah tahu siapa pengembang Facebok. Kalaupun sebagian mengetahui sosok dan wajahnya dari internet mungkin tak akan familiar jika berpapasan langsung. Andaikan melihat langsung dan mengenalinya pasti akan terkaget bahwa seorang Mark jadi turis biasa yang melancong ke Borobudur. Dia jadi pelancong

aLamaKna: Presiden

Pembahasan tentang pemimpin negeri ini (kembali) ramai dibicarakan saat ini. Riuh rendah pemilihan Presiden sudah kita lalui dan kita ketahui hasilnya. Bahkan sebelum hari H pemilihan, keramaian siapa calon pemimpin negeri ini sudah heboh menjadi viral di dunia maya. Menjelang hari H pencoblosan perang urat syaraf, argumen, cuap antar pendukung lebih panas daripada konflik Mourinho dan Wenger maupun pendukung Real Madrid dan Barcelona. Dan kini, pelantikan telah mengesahkan siapa pemimpin negeri ini. Satu kata penuh hal, Presiden. Kata tersebut disebut berulang kali dalam obrolan di tempat kerja bahkan media sosial. Kata yang jadi tema renyah untuk jadi guyonan di Stand-Up Comedy. Saya jadi ingat pelajaran Biologi saat mendengar kata tersebut, barangkali Presiden sejenis dengan spesies, banyak macamnya. Faktanya ada presiden negara, presiden partai, presiden direktur sampai dengan presiden mahasiswa. Lantas apa yang membedakan di antara semuanya? Bisa dijawab dengan hal lingkup kekuasa

aLamaKna: Cuaca

Selain kultur minum teh, orang Inggris terkenal gemar membicarakan kondisi cuaca dengan ungkapan pernyataan maupun pertanyaan. Ada banyak ungkapan tentang cuaca dalam bahasa Inggris. Orang Eropa pada umumnya juga begitu peduli pada cuaca dan menjadikannya sebagai obrolan ringan (small talk). Seringkali mereka mengungkapkan tentang cuaca untuk mengawali obrolan dalam percakapan sehari-hari, setelah itu percakapan bisa mengalir tentang apapun dan lebih lancar. Kita pun demikian, meski tidak sesering mereka. Bagi mereka cuaca juga menjadi bahan obrolan dalam hal memulai pembicaraan dengan orang belum dikenal untuk coba mengakrabkan diri. Basa basi perlu, dan hari yang cerah adalah momentun obrolan santai yang diawali pertanyaan, "Apa kabarmu di hari yang cerah ini?" "What a nice day!", kata orang Inggris di hari yang cerah. "What a day!", seru mereka saat hujan sepanjang hari. Semua orang pastilah paham dan merasakan cuaca hari ini, tapi tak setiap orang paha

aLamaKna: Henti

Kualitas kemacetan suatu kota bisa dinilai dari lama detik lampu lalu lintas di persimpangan. Jakarta punya, salah satunya, persimpangan Pasar Senen yang diatur lampu lalu lintas (lalin) dengan nyala lampu merah sangat lama. Bukan hitungan detik lagi tapi menit. Biasa macet parah di Pasar Senen di senin pagi, awal kesibukan warga ibukota. Berhenti tertahan lebih dari dua menit 'hanya' karena lampu merah. Efektif dua-tiga menit saja jika kita berada di pole position (garis terdepan) dekat lampu lalin. Pengguna motor lebih lincah meliuk-liuk di antara sela mobil untuk dapat pole position. Lampu hijau menyala seumpama balap Moto GP dimulai. Yang terdepan adalah para pengguna motor yang semula berderet terhenti lantas langsung memacu motor masing-masing. Sementara mobil terhenti lebih lama daripada waktu lampu merah menyala karena banyaknya kendaraan dan mesti merambat. Lampu lalu lintas punya arti tersendiri terhadap jalan dan pengguna kendaraan. Lampu merah artinya, "Yah, be

aLamaKna: Kenapa

Sang Profesor berkata, "Saya yakin generasi masa kini mempunyai karakteristik yang terbiasa dengan pertanyaan, 'kenapa?'" Lama malang melintang sebagai manajer sepakbola, Arsene Wenger, yang mendapat julukan Sang Profesor, mengucapkan pernyataan itu dengan lugas. Pengalaman dan pengamatan dia membawa ke kesimpulan, "Kamu harus menjelaskan segalanya kepada para pemain, mereka lebih banyak mendapatkan informasi dari sana-sini, lebih terpelajar, dan punya keingintahuan yang lebih tinggi." 'Kenapa' adalah salah satu elemen 5W+1H dalam menulis. 5W+1H terdiri dari What, Who, When, Where, Why dan How adalah dasar penulisan. Penting bagi wartawan dalam menulis berita. Sebenarnya tak cuma monopoli wartawan, 5W+1H juga penting bagi semua jenis penulis, karena memang dicetuskan pertama kali sebagai rumusan oleh penulis Inggris, Rudyard Kipling. Bahkan rumusan itu penting bagi detektif dalam menganalisa atau menginvestigasi. Dari pertanyaan 'kenapa' yang

aLamaKna: Angka

Kini, terkadang kita merindukan masa kecil. Jadi orang-dewasa tidak menyenangkan, kata Antoine de Saint-Exupéry penulis buku Pangeran Kecil. Sebab orang-dewasa selalu dipenuhi dengan angka. "Orang-dewasa menyukai angka-angka", kata sang Pangeran Kecil. Kebahagian didapati dengan mobil mewah atau gadget baru nan mahal. Kesedihan selaras dengan deretan angka di buku rekening. Akhir bulan masa rekening menipis masa mengencangkan ikat pinggang. Kenaikan gaji berarti kenaikan jatah belanja atau jajan. Tinggi diukur dengan angka, atau lebih tepatnya dijelaskan dengan meteran. Padahal saat kecil kita cukup menyebut, "Orang itu tinggi sekali" sambil menggerakkan tangan, untuk menjelaskan orang itu memang tinggi. Sederhana. "Rumah itu bagus", kata anak kecil. "Bagus berapa harganya, ya?", tanya orang dewasa. Berat badan dan lingkar perut bagi orang dewasa jadi deretan angka untuk diperhatikan. Bagi sebagian orang malah jadi obsesi. Berat badan ideal berap