Langsung ke konten utama

aLamaKna: Macet

Kalau kemacetan jalanan dianggap membuat kejenuhan, wajar. Terjebak dalam deret panjang kendaraan saat pulang kerja, mengesalkan. Bayangan rumah yang nyaman jadi kabur.

Saat berangkat kerja atau sekolah, macet jelas bukan cara mengawali hari dengan baik. Tapi warga ibukota bilang, "Macet, sudah biasa". Solusi individu, ada yang mengganti kendaraan bermotor dengan sepeda. Ada yang berangkat pagi-pagi sekali, meski sebenarnya sebatas menghindari macet. Solusi pemerintah ibukota Jakarta, ada jalur khusus bus (busway). Sebelumnya ada jalur three in one.

Kemacetan tetap terjadi. Sebab upaya kurang masif dari pihak-pihak yg 'berpartisipasi' pada kemacetan. Paling jadi sorotan dan paling mudah disalahkan, tentu saja Pemerintah. Sudah ada upaya, tapi seperti teori 'pencet balon', dipencet di sisi sini, menggelembung di sisi sana. Balon malah makin membuncit.

Selain kejenuhan, kemacetan jalan memacetkan kinerja warga ibukota. Ada lembaga yang menghitung nilai kerugian dari kemacetan. Konon menyentuh angka triliunan setahun. 

Macet juga memendekkan sumbu emosi pengendara, "Awas, senggol dikit, bacok!" 
Mobil mewah mengasapi mobil pengangkut sayuran, atau sebaliknya. Motor selip-selip meliuk-liuk. Padahal, jarak antar kendaraan makin lama makin rapat. Mendekatkan dan nyaman sebenarnya buat ngobrol.









22 April 2011

Komentar

Postingan populer dari blog ini

aLamaKna: Duka

Orang Cina percaya pada konsep Yin dan Yang. Ada siang, ada malam. Ada panas, ada dingin. Ada hidup, ada mati. Ada banyak hal di dunia ini dalam dua sifat yang berlawanan, berhubungan, dan saling melengkapi. Konsep Yin dan Yang berlaku umum, jadi semacam buku manual kita memahami banyak hal. Ada suka, ada duka. Hidup selalu menawarkan suka dan duka, sepaket seperti menu sambel ekstra pedas dengan es teh manis. Kenikmatan suka bisa dirasakan saat kita tahu apa arti duka, bukan karena dua kata tersebut berselisih satu huruf. Nikmatnya es teh manis tak terperi setelah makan sambal. Lini masa kita disisipi banyak kejadian. Bukan lini masa di selingkup beranda media sosial, tapi di kehidupan nyata. Kejadian itulah yang jamak disebut suka-duka. Suka menawarkan senang, duka memberikan sedih. Sesederhana itu. Kalau bisa memilih, kita pesan suka melulu, abaikan kesedihan. Tapi menjalani momen kehidupan tidak seperti memesan barang di lokapasar ( marketplace ) di internet. Menyingkap lapisa...

aLamaKna: Presiden

Pembahasan tentang pemimpin negeri ini (kembali) ramai dibicarakan saat ini. Riuh rendah pemilihan Presiden sudah kita lalui dan kita ketahui hasilnya. Bahkan sebelum hari H pemilihan, keramaian siapa calon pemimpin negeri ini sudah heboh menjadi viral di dunia maya. Menjelang hari H pencoblosan perang urat syaraf, argumen, cuap antar pendukung lebih panas daripada konflik Mourinho dan Wenger maupun pendukung Real Madrid dan Barcelona. Dan kini, pelantikan telah mengesahkan siapa pemimpin negeri ini. Satu kata penuh hal, Presiden. Kata tersebut disebut berulang kali dalam obrolan di tempat kerja bahkan media sosial. Kata yang jadi tema renyah untuk jadi guyonan di Stand-Up Comedy. Saya jadi ingat pelajaran Biologi saat mendengar kata tersebut, barangkali Presiden sejenis dengan spesies, banyak macamnya. Faktanya ada presiden negara, presiden partai, presiden direktur sampai dengan presiden mahasiswa. Lantas apa yang membedakan di antara semuanya? Bisa dijawab dengan hal lingkup kekuasa...

aLamaKna: Penonton

Paling enak jadi penonton pertandingan sepakbola, kita bisa teriak, mengumpat dan menyalahkan pemain atau pelatih. Teriak menyemangati tim favorit, merayakan gol dan drama lain bagian pertandingan. Menyalahkan strategi pelatih yang tak sesuai, mengumpat kebodohan pemain ceroboh atau menggerutui wasit dengan kartu kuning atau merah dan pluitnya. Kalau penonton disuruh main, eh, dengan hak khusus di awal menurut saya yang juga cuma bisa menonton, masih mending jadi penonton. Jelas ada beda antara menonton di stadion dan lewat layar televisi. Di stadion lebih ramai, berdesakan di dalam dan luar stadion. Penonton di stadion adalah pemain ke-12 bagi tim kesebelasan, dengan menjadikannya satu subjek. Di Indonesia penonton punya hak-khusus, kalau protes silakan masuk lapangan pukul pemain, rusak pagar, bakar tempat duduk atau rusuh dengan penonton lawan. Terlepas dari salah atau tidak salah, itu tetap jadi bagian (budaya) sepakbola, olahraga paling terkenal di dunia. Menambah seru. Seme...